Mikel Arteta Memangil David Raya Mengantikan Martin Odegaard
4 min readMikel Arteta Memangil David Raya Mengantikan Martin Odegaard -detikbola. id membahas kembali poin- poin pembicaraan dari hasil imbang 0- 0 The Gunners dengan Atalanta di Liga Champions, Raya selamatkan Arsenal lagi Kamu tentu bingung betapa berlainannya masa ini bila Arsenal tidak mempunyai David Raya selaku penjaga gawang.
Bila bukan sebab penyelamatan gemilangnya terhadap sundulan Jurgen Strand Larsen, momentum pertandingan pembuka Arsenal dengan Wolves dapat saja berganti total. Bisa jadi adil buat berkata bila dia tidak secara ajaib bangkit buat menahan sundulan Ollie Watkins pada pekan selanjutnya, Aston Villa hendak menang dalam pertandingan itu. Apalagi melawan Tottenham pekan kemudian, bila Raya tidak melaksanakan penyelamatan dini terhadap Cristian Romero serta Dejan Kulusevski, hingga Spurs dapat dengan gampang memenangkan pertandingan.
Banyak pujian yang dilontarkan atas unit pertahanan Arsenal dalam sebagian hari terakhir– serta memanglah demikian. Tetapi, apalagi 4 bek terbaik di dunia juga memerlukan kiper mereka buat menyelamatkan mereka dari permasalahan. Raya melaksanakannya lagi tadi malam.
Sehabis penalti yang diterima dengan gampang oleh Thomas Partey, pemain Spanyol itu melangkah maju buat melaksanakan penyelamatan gemilang dari penalti Mateo Retegui yang dieksekusi dengan baik. Untuk sebagian besar penjaga gawang, itu telah lumayan buat menyebutnya selaku kerja keras malam itu. Tetapi, Raya, semacam belalang dalam seragam hijaunya yang bercahaya, melompat ke atas serta melintasi gawangnya buat menahan sundulan Retegui dikala bola pantul.
Ia kucing! seru bos Atalanta Gian Piero Gasperini. Walaupun Mikel Arteta tidak menyebut Raya selaku kiper terbaik di dunia dikala ini, susah buat membayangkan siapa juga yang betul- betul sebanding dengan pemain berumur 29 tahun itu.
Rasanya nyaris menggelikan buat berpikir kalau kita lagi mendiskusikan apakah dia sepatutnya direkrut pada titik ini masa kemudian. Di Raya, Arsenal kesimpulannya memperoleh jawaban mereka buat Alisson serta Ederson.
Arsenal kembali ceroboh
Walaupun dia mau menyanjung keteguhan timnya dalam kemenangan Derby London Utara pada hari Pekan, Mikel Arteta mau menekankan ketidaksenangannya pada metode Arsenal bermain dikala memahami bola. Cerita seragam terjalin di Bergamo.
Sehabis dini yang solid namun tidak spektakuler, Arsenal mulai menyerahkan posisi dengan gampang dari waktu ke waktu. Thomas Partey merupakan pelanggar sangat mencolok, namun Gabriel Jesus, Kai Havertz, Ben White serta apalagi pesulap Raya seluruhnya bersalah sebab berikan tuan rumah inisiatif.
Apalagi dengan kemampuan pergantian momentum sehabis penyelamatan penalti, Arsenal tidak sanggup mengganti jalannya pertandingan. Pemain pengganti Leandro Trossard– yang umumnya sangat percaya dikala memahami bola– selalu salah menempatkan umpan terakhirnya. Declan Rice menyia- nyiakan bola. Sedangkan itu, Raheem Sterling sukses mengoper bola kepada Gabriel Martinelli di akhir pertandingan, namun bila pemain internasional Inggris itu mengoper bola dengan lebih lembut, Kamu bingung apakah Martinelli bisa jadi mempunyai kesempatan lebih baik buat memenangkan pertandingan untuk Arsenal.
Kami sangat tidak tidak berubah- ubah, kata Arteta tentang penampilan kemampuan bola timnya. Kami mempunyai sebagian momen dengan bola namun kami tidak sempat mendominasi ataupun mengecam.
Buat pertandingan kedua berturut- turut, Arsenal nampak sangat kehabisan keamanan teknis Martin Odegaard. Dengan absennya kapten Norwegia tersebut buat jangka waktu yang lumayan lama, yang bisa jadi berlangsung sebagian bulan, Arteta butuh menciptakan metode buat menanggulangi perihal ini. Arsenal hendak bertanding melawan Manchester City pada hari Pekan, di mana mereka bisa jadi hendak kembali bertahan, namun dalam pertandingan setelahnya melawan regu semacam Leicester serta Southampton, di mana mereka diharapkan buat mendominasi, The Gunners tidak boleh ceroboh dalam kemampuan bola sekali lagi.
Arsenal belajar dari pelajaran tahun lalu
Pertandingan tandang yang membosankan di Eropa dalam atmosfer yang tidak bersahabat, di mana mereka jauh dari performa terbaik mereka. Ini merupakan pertandingan yang dapat saja membuat Arsenal kalah tahun kemudian. Kenyataannya, mereka betul- betul kalah.
Pada menit- menit akhir pertandingan melawan Porto, The Gunners bersiap buat hasil imbang 0- 0 yang tidak mengesankan namun berarti. Dengan kemampuan bola yang nyaman pada menit ke- 93, Gabriel Martinelli berupaya membagikan umpan kilat ke atas buat mengawali serbuan balik yang berpotensi memenangkan pertandingan. Tetapi, Porto malah melaksanakan intersepsi dengan gampang serta dengan kilat mengoper bola kepada Galeno yang membebaskan tendangan melengkung buat mencetak berhasil kemenangan yang luar biasa.
Kali ini situasinya sangat berbeda. Di penghujung pertandingan, David Raya mengklaim umpan silang pada menit ke- 92 serta berlari kilat ke tepi kotak penalti buat membebaskan umpan kilat. Tetapi, di pinggir lapangan, Mikel Arteta nampak berteriak panik kepada kipernya supaya memegang bola. Sebagian dikala setelah itu, dikala Ben White berpikir buat berlari kilat melewati Raheem Sterling buat masuk ke balik lini balik Atalanta, dia mengalami dirinya ditegur secara verbal oleh manajernya, yang tidak mau bek kanannya melewati garis tengah lapangan.
Saat sebelum pertandingan, Arteta berdialog tentang perlunya timnya belajar dengan kilat dari pengalaman masa kemudian di Eropa. Bila memandang hasil akhir di Bergamo, mereka sudah melaksanakan perihal itu.
Aku pikir kami menampilkan kedewasaan yang lebih baik dibandingkan tahun kemudian, kata Arteta tentang sesi akhir pertandingan dalam konferensi pers pascapertandingannya. Kami tidak memandang metode buat menang malam ini, jadi jangan sia- siakan peluang itu. Bisa jadi ini bukan filosofi yang sangat lezat ditatap, namun bila Arsenal berpegang teguh pada prinsip bawah itu, mereka hendak lebih kerap menang di Eropa. The Gunners terus menjadi matang.-detikbola.id