Perjalanan Kepelatihan Thomas Tuchel Dari 0 Smpai Sekarang
7 min readPerjalanan Kepelatihan Thomas Tuchel Dari 0 Smpai Sekarang -Thomas Tuchel menghabiskan sebagian besar dekade buat mengasah kemampuannya di Bundesliga bersama Mainz serta Borussia Dortmund, saat sebelum menggapai final Liga Champions UEFA berturut-turut bersama Paris Saint-Germain serta Chelsea. Dia setelah itu mencapai gelar Bundesliga bersama Bayern Munich serta saat ini jadi manajer Inggris dalam babak berikutnya dari ekspedisi kepelatihannya yang menarik
Selaku pemain bertahan, Tuchel bergabung dengan perguruan muda Augsburg dikala anak muda namun dilepas pada umur 19 tahun tanpa sempat masuk regu utama. Dia setelah itu bermain sebentar di Stuttgarter Kickers di Bundesliga 2 , bermain 8 kali di tingkat itu, saat sebelum bergabung dengan klub divisi ketiga Ulm .
Di situ dia bermain 68 kali saat sebelum terpaksa gantung sepatu buat selamanya sebab luka lutut sungguh-sungguh pada umur 24 tahun pada tahun 1998.
Sebab mau meyakinkan pada dirinya sendiri kalau dia dapat goal di luar lapangan sepakbola, Tuchel menekuni Administrasi Bisnis di universitas, sembari bekerja selaku pelayan di suatu bar.
Tetapi ketertarikan pada sepak bola senantiasa kokoh serta batu loncatan Tuchel ke dunia kepelatihan tiba dari Ralf Rangnick , yang setelah itu menikmati kesuksesan bersama Schalke , Hoffenheim, serta RB Leipzig , dan mengambil alih Manchester United serta Austria. Keduanya menjalakan ikatan baik di Ulm, tempat Rangnick jadi pelatih kepala dari tahun 1997 sampai 1999, serta sehabis pulih dari luka lututnya, Tuchel mau berupaya sekali lagi selaku pemain handal
Dia menghubungi Rangnick, yang dikala itu bertugas di VfB Stuttgart , 9 bulan setelah itu buat memohon uji coba dengan pemain cadangan klub. Rangnick dengan bahagia hati menurutinya, namun kala Tuchel kesimpulannya tidak bisa terus bermain sebab kehancuran tulang rawan kronis, Rangnick menabur benih kepelatihan dengan bertanya apakah dia bisa membayangkan bekerja di sepak bola yunior.
Sebab penasaran, Tuchel membayangi para pelatih di perguruan klub sepanjang sebagian waktu saat sebelum kesimpulannya mengambil alih regu U-14 pada tahun 2000. Kakinya saat ini terjepit kokoh di pintu, tidak terdapat jalur buat kembali.
Belajar sembari bekerja serta dibimbing oleh mendiang mentor Hermann Badstuber – bapak dari mantan bek Stuttgart serta Bayern Holger – Tuchel dipromosikan jadi asisten pelatih regu U-19 pada tahun 2004, serta lekas menampilkan janjinya di pinggir lapangan dengan menolong regu memenangkan gelar Bundesliga U-19 pada tahun selanjutnya
Perihal itu merangsang peningkatan pangkat yang kilat serta cuma 9 tahun sehabis bekerja selaku pelayan di suatu bar, dia hendak terletak di ruang rehat Bundesliga buat awal kalinya berkat kecerdikannya dalam taktik, manajemen pemain, serta kemampuannya mengidentifikasi serta mencapai kesempatan kala kesempatan itu timbul
Pada tahun 2006, dia kembali ke Augsburg, kali ini selaku pelatih kepala U19, serta menuntaskan sertifikasi kepelatihannya di tahun yang sama. Pada tahun 2007/08, dia mengambil alih regu cadangan klub saat sebelum pindah ke Mainz serta memenangkan gelar Bundesliga U19 pada tahun 2008/09 bersama regu yang mencakup pemenang Piala Dunia mendatang, André Schürrle .
Dengan kualifikasi yang benar-benar mapan, pada masa panas 2009 dia diincar oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) buat kedudukan selaku asisten pelatih U21 serta Hoffenheim buat posisi selaku pelatih kepala regu cadangan.
Tetapi energi tarik Bundesliga sangat kokoh serta dia dinaikan selaku pelatih regu utama Mainz pada 3 Agustus 2009 sehabis pendahulunya, Jörn Andersen, dipecat menyusul tersingkirnya regu tersebut pada putaran awal Piala DFB oleh klub liga dasar VfB Lübeck.
Walaupun Mainz cuma dipromosikan ke divisi utama pada masa lebih dahulu Tuchel bawa mereka finis di posisi kesembilan pada masa debutnya. Dia setelah itu mengawali masa jabatan keduanya dengan 7 kemenangan berturut-turut, tercantum kemenangan tandang 2-1 atas juara bertahan Bayern.
Mainz mendapatkan peluang di Liga Eropa UEFA buat awal kalinya dalam sejarah klub sehabis finis kelima pada 2011/12, cuma buat dikalahkan dalam 2 leg oleh klub Rumania Gaz Metan Medias di babak kualifikasi ketiga.
Sepanjang masa tugasnya di Mainz, Tuchel mendapatkan reputasi selaku salah satu pelatih muda sangat cerdik dalam taktik sepak bola Jerman. Dia secara tertib mengganti formasi cocok tugas yang dialami sambil senantiasa setia pada prinsip-prinsip bawah uniknya sendiri.
Jelas terdapat style yang berhubungan dengan aku yang kami membawa ke Mainz: kecepatan dalam melanda serta style bermain menyerang,ucapnya kepada pesan berita Jerman Die Zeit . Saya lebih suka mutu tertentu, style bermain yang aktif, pertahanan yang berani, serta game kilat dalam menyerang.
Dia pula tidak khawatir buat mengambil pendekatan yang tidak konvensional dalam pekerjaannya. Sesuatu kali, alih-alih memakai analisis video sehabis kekalahan yang menyakitkan, dia memotivasi para pemainnya dengan kutipan dari legenda NBA Michael Jordan: Saya sudah kandas kesekian kali dalam hidup aku Serta seperti itu sebabnya aku goal.
Demikian pula, Tuchel pula mengontrak seseorang analis muda hobi sepak bola, René Ayo Sini buat melaksanakan pengintaian serta analisis lawan untuknya. Dikala itu, Ayo Sini cumalah seseorang penggemar sepak bola yang bersemangat yang mengunggah renungannya ke web miliknya.
Tuchel memandang salah satu laporannya serta merasa terkesan; laporan itu menolong mengawali karier Ayo Sini serta semenjak itu dia bekerja di Borussia Mönchengladbach , Borussia Dortmund , Leeds United, sedangkan dia dikala ini jadi asisten Vincent Kompany di Bayern.
Sampai hari ini, Tuchel senantiasa jadi pelatih tersukses dalam sejarah Bundesliga Mainz (di antara mereka yang mengawasi paling tidak satu masa penuh), dengan rata-rata poin per pertandingan lebih banyak (1,41) daripada orang yang bawa mereka ke liga utama buat awal kalinya pada tahun 2005/06 – Jürgen Klopp (1,13).
Prestasi semacam itu tidak luput dari atensi serta sehabis 5 tahun berprestasi di Mainz, dia mengambil cuti panjang sepanjang 12 bulan saat sebelum mengambil alih Klopp lagi, kali ini di Dortmund.
Di situ dia membina bakat-bakat muda tercantum Christian Pulisic serta Ousmane Dembélé, mengganti mereka jadi pemain sayap yang mengalahkan dunia, dan menolong BVB finis selaku runner-up Bundesliga pada tahun 2015/16 serta bawa regu tersebut mencapai kejayaan Piala DFB tahun selanjutnya
Serta semacam halnya di Mainz, dia jadi pelatih tersukses dalam sejarah Dortmund dengan rata-rata 2,09 poin per pertandingan Bundesliga, suatu rekor yang dipegangnya sampai hari ini.
Masa jabatan Tuchel di Dortmund cuma berlangsung sepanjang 2 masa serta 9 tahun sehabis pekerjaan pertamanya selaku pelatih kepala, dia ditunjuk selaku pelatih kepala klub raksasa Prancis Paris Saint-Germain pada masa panas 2018, memenangkan gelar Ligue 1 dalam masa pertamanya. Dia meyakinkannya dengan 3 gelar dalam negeri pada masa selanjutnya setelah itu bawa klub tersebut ke final Liga Champions pertamanya , namun kandas sebab produk muda PSG Kingsley Coman mengamankan gelar buat Bayern pada tahun 2020.
Mengambil alih kendali di Chelsea pada Januari 2021, mengambil alih Frank Lampard, Tuchel bekerja dengan sangat baik, bawa klub dari peringkat kesembilan ke peringkat keempat di Liga Premier serta menggapai final Liga Champions buat kedua kalinya berturut-turut.
Dengan dorongan bintang-bintang Bundesliga yang lain Pulisic, Kai Havertz serta Timo Werner , dia sukses mengalahkan Manchester City serta mantan pelatih Bayern Pep Guardiola di Porto buat mencapai penghargaan terbanyak di sepak bola kontinental – mencapai penghargaan Pelatih Terbaik FIFA 2022 atas usahanya.
Sehabis pemecatannya dari tugasnya di Chelsea pada dini masa 2022/23, Tuchel wajib menunggu 7 bulan buat pekerjaan selanjutnya
Sehabis rumor sebagian tahun lebih dahulu tentang atensi dari Bayern, pelatih kelahiran Bavaria itu kesimpulannya timbul di Munich buat mengambil alih kendali klub terbanyak Jerman pada Maret 2023.
Serta dia memulainya dengan sangat baik, mengklaim kemenangan 4-2 atas mantan klubnya Dortmund di Der Klassiker pada debutnya. Tetapi bulan madu itu tidak berlangsung lama, sebab pertandingan selanjutnya bawa mereka tersingkir di perempat final Piala DFB di kandang sendiri melawan Freiburg , saat sebelum kekalahan agregat 4-1 dari Manchester City di babak yang sama di Liga Champions yang membuat Bayern tersingkir dari Eropa pada pertengahan April.
Yang tersisa cumalah gelar Bundesliga, dengan Bayern yang berakhir tertinggal dari BVB sampai hari terakhir. Pertandingan berakhir dengan skor imbang dikala Jamal Musiala mencetak goal kemenangan di Cologne, membuat klub Bavaria itu menggunakan kekalahan Dortmund – di kandang sendiri melawan Mainz – buat mempertahankan gelar Meisterschale sepanjang 11 tahun berturut-turut.
Masa awal penuh Tuchel selaku pelatih di Allianz Arena diawali dengan lumayan baik – sehabis kalah dalam Piala Luar biasa di kandang sendiri dari Leipzig – dikala mereka melaju lembut lewat fase tim Liga Champions dengan 5 kemenangan serta satu hasil imbang. 3 belas kemenangan dari 16 pertandingan Bundesliga sampai sela waktu masa dingin, di atas kertas, sangat bagus serta apalagi jadi salah satu dini terbaik oleh regu mana juga di masa Bundesliga.
Tetapi seluruh tidak berjalan baik di Bayern. Mereka masih tertinggal dari regu Bayer Leverkusen yang nyatanya – serta ya, pada kesimpulannya – tidak terkalahkan . Timnya pula tersingkir di putaran kedua Piala DFB oleh Saarbrücken dari 3. Liga pada bulan November.
Sehabis hadapi 3 kekalahan beruntun pada bulan Februari melawan Leverkusen, Lazio, serta Bochum , klub mengumumkan kalau mereka hendak berpisah dengan Tuchel pada akhir masa dengan kontraknya masih tersisa satu tahun
Perihal ini merangsang pembicaraan tentang pelatih yang tidak kompeten sebab dia wajib menuntaskan masa ini, paling utama sebab nyatanya gelar Bundesliga hendak jadi kepunyaan Leverkusen. Tetapi kenyataan kalau Liga Champions merupakan satu-satunya gelar realistis yang bisa mereka menangkan dikala ini, nyatanya membangkitkan semangat regu dikala mereka membalikkan kekalahan di leg awal dari Lazio, mengalahkan Arsenal di perempat final, serta setelah itu menciptakan diri mereka di 4 besar Eropa buat awal kalinya semenjak 2020.
Kebangkitan itu setelah itu merangsang dialog tentang pergantian haluan serta dialog internal tentang Tuchel yang sesungguhnya hendak bertahan. Tetapi tidak terdapat jalur kembali pada keputusan dini
Serta kala Bayern hadapi kekalahan di menit-menit akhir di markas Real Madrid sehingga kandas melaju ke final melawan Dortmund di Wembley, gorden penutup masa jabatan Tuchel di Munich pada dasarnya ditutup dengan rasa kecewa serta bertanya-tanya apa yang bisa jadi terjalin
Tuchel saat ini hendak bertanggung jawab atas lebih banyak pertandingan di Wembley, sebab dia mengambil alih kendali Inggris selaku pelatih asing ketiga Three Lions mulai tahun 2025, yang awal mulanya hendak membawanya ke Piala Dunia FIFA 2026. Apa bahasa Jerman buat It’s. Coming Home?-detikbola.id